Manokwari, lenterapapuabarat.com (19/06/2012) – Tujuh jenis penyu yang masih hidup di dunia, empat diantaranya berada di Kepala Burung Papua Barat, tepatnya di perairan Kabupaten Tambrauw. Keberadaan penyu ini mendapat perhatian dari segi konservasi karena terancam.
Creusa Hitipeuw,Marine Species Conservation WWF-Indonesia, kepada wartawan, menyatakan, kehadiran 4 jenis penyu di Abun, Tambrauw ini merupakan keragaman hayati di Bentang Kepala Burung Papua. Di daerah atau negara lain, hanya bisa ditemukan 1-2 jenis penyu saja.
Adapun keempat jenis penyu yang ada di Abun, yakni Penyu Belimbing yang populasinya diperkirakan mencapai 4.000 ekor, Penyu Lekang 500 ekor, Penyu Hijau 200 ekor, dan Penyu Ssik 500 ekor. Penyu di Abun ini dapat berimigrasi hingga sampai di Canada, Amerika,Selandia Baru, Kepulauan Salomon dan Papua New Guinea.
Khususnya Penyu Belimbing merupakan salah satu reptil terbesar di dunia dan keberadaannya sudah sangat terancam sehingga masuk dalam daftar CITES sebagai hewan yang hampir punah jika tidak dilindungi. Pantai Jamursba medi dan Warmon di Kepala Burung Papua, Kabupaten Tambrauw merupakan tempat peneluran terbesar di Pasifik. “Keberadaan LSM konservasi seperti WWF Indonesia telah mengubah kesadaran masyarakat tentang pentingnya penyu ini,” ujar Creusa.
Namun demikian faktor ekonomi menyangkut kesejahteraan masyarakat lokal menjadi alasan utama seringkali timbulnya permasalahan antara masayarakat pemilik hak ulayat dengan pihak LSM konservasi itu sendiri. Ancaman terhadap penyu bervariasi terutama yang dilakukan oleh manusia, baik langsung maupun tidak langsung. Penyu dewasa dan juvenil sering tertangkap oleh jaring/pukat dan long line. Ancaman terhadap telur dan penetasannya, degradasi dan hilangnya habitat peneluran dan ancaman oleh polusi di air laut.
Dikatakan, tantangan yang terbesar dan paling kompleks dalam kegiatan konservasi penyu adalah merubah perilaku atau kebiasaan dari masyarakat pesisir lokal. Ancaman lainnya, pembuatan talud di pesisir pantai.[LTR-03]